Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok bukan hanya sarana untuk berkomunikasi, tetapi juga alat yang ampuh untuk membangun personal branding, memengaruhi opini publik, bahkan mengubah arah kebijakan sosial. Namun, di tengah derasnya arus informasi, muncul tren yang dikenal sebagai “Like, Share, Ghost” yang menggambarkan pola interaksi digital saat ini. Apa sebenarnya fenomena ini, dan bagaimana cara mengendalikannya agar media sosial bekerja untuk kita, bukan sebaliknya?
1. Memahami Fenomena Like, Share, Ghost
a. Like: Bentuk Dukungan Instan
“Like” adalah simbol persetujuan atau dukungan instan terhadap suatu konten di media sosial. Dengan sekali klik, pengguna menunjukkan minatnya tanpa perlu menginvestasikan waktu lebih lama untuk membaca atau memahami isi konten secara mendalam. Hal ini sering kali membuat pengguna hanya terlibat secara superfisial tanpa benar-benar memahami konteks dari sebuah informasi.
b. Share: Penyebaran Informasi Tanpa Validasi
Berbagi (share) merupakan salah satu fitur paling berpengaruh dalam penyebaran informasi. Namun, sering kali orang berbagi konten tanpa melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut. Fenomena ini menjadi salah satu penyebab utama penyebaran berita palsu (hoaks) dan misinformasi yang bisa berdampak besar terhadap opini publik.
c. Ghost: Menghilang Setelah Interaksi Singkat
“Ghosting” dalam media sosial tidak hanya terjadi dalam hubungan personal, tetapi juga dalam interaksi digital. Banyak pengguna yang memberikan like atau share suatu konten, tetapi kemudian tidak berlanjut untuk terlibat dalam diskusi atau interaksi lebih lanjut. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk kejenuhan digital, kurangnya minat jangka panjang, atau sekadar konsumsi informasi secara pasif.
2. Mengendalikan Media Sosial untuk Kepentingan Positif
a. Menggunakan Media Sosial Secara Sadar dan Bertanggung Jawab
Alih-alih sekadar memberikan like atau share tanpa berpikir, pengguna media sosial perlu mengembangkan kebiasaan untuk mengonsumsi dan menyebarkan informasi secara sadar. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Membaca secara menyeluruh sebelum berbagi informasi.
- Memastikan validitas informasi dari sumber terpercaya.
- Menghindari menyebarkan berita sensasional tanpa dasar yang jelas.
b. Membangun Personal Branding yang Autentik
Dalam era digital, citra seseorang di media sosial sangat mempengaruhi karier dan kehidupan personal. Untuk membangun personal branding yang kuat, penting untuk:
- Konsisten dalam membagikan konten yang selaras dengan nilai dan tujuan pribadi.
- Berinteraksi secara aktif dengan audiens untuk membangun hubungan yang lebih erat.
- Menghindari konten negatif atau provokatif yang dapat berdampak buruk di masa depan.
c. Mengendalikan Algoritma Media Sosial
Algoritma media sosial bekerja berdasarkan kebiasaan dan preferensi pengguna. Untuk mengendalikan algoritma agar lebih bermanfaat, coba lakukan hal berikut:
- Mengikuti akun yang memberikan nilai tambah dan inspirasi.
- Mengurangi interaksi dengan konten yang tidak relevan atau bersifat negatif.
- Menggunakan fitur mute atau unfollow untuk membatasi paparan terhadap konten yang tidak diinginkan.
d. Mengatur Waktu Penggunaan Media Sosial
Salah satu cara terbaik untuk mengendalikan media sosial adalah dengan membatasi waktu penggunaannya. Beberapa strategi yang bisa diterapkan meliputi:
- Menggunakan aplikasi pengingat waktu penggunaan media sosial.
- Menetapkan waktu tertentu untuk mengakses media sosial, misalnya hanya satu jam dalam sehari.
- Memanfaatkan fitur “Do Not Disturb” atau mode fokus untuk menghindari distraksi saat bekerja atau beraktivitas.
3. Dampak Positif dari Penggunaan Media Sosial yang Terkendali
Ketika seseorang berhasil mengendalikan interaksi di media sosial, berbagai manfaat dapat dirasakan, seperti:
- Meningkatkan produktivitas dengan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk konsumsi konten yang tidak bermanfaat.
- Membangun jaringan profesional dengan berinteraksi secara aktif di komunitas yang relevan.
- Mengurangi stres digital akibat konsumsi konten berlebihan yang dapat memengaruhi kesehatan mental.
- Meningkatkan kualitas informasi yang dikonsumsi dengan hanya mengikuti sumber terpercaya.
4. Kesimpulan
Fenomena “Like, Share, Ghost” mencerminkan bagaimana interaksi digital saat ini cenderung bersifat instan dan dangkal. Namun, dengan pendekatan yang lebih sadar dan strategi yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk pengembangan diri, komunikasi, dan pertumbuhan profesional. Mengendalikan media sosial bukan hanya tentang mengurangi waktu penggunaannya, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkannya dengan cara yang lebih cerdas dan bertanggung jawab. Dengan demikian, kita bisa mengubah media sosial dari sekadar alat hiburan menjadi sarana yang mendukung tujuan dan aspirasi kita.
Baca juga : Seni Mengendalikan Media Sosial Tanpa Menjadi Budak Algoritma